Daftar Isi
Jakarta, CNN Indonesia —
Aritmia atau gangguan irama jantung menjadi salah satu penyakit jantung yang diidap banyak orang.
Di antara beragam jenis aritmia yang diketahui, fibrilasi atrium atau atrial fibrilasi menjadi jenis aritmia yang paling umum diderita oleh masyarakat Indonesia. Diperkirakan prevalansi fibrilasi atrium di Indonesia meningkat pada tahun ini mencapai 3 juta kasus.
Pada dasarnya, siapa saja bisa terkena gangguan ini. Sekalipun demikian, beberapa kelompok disebut lebih berisiko.
1. Pria
Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah Dicky Armein Hanafy mengatakan, pria lebih rentan mengalami fibrilasi atrium.
“Laki-laki, risiko untuk terjadinya AF (atrial fibrilasi) sedikit lebih tinggi dibandingkan perempuan,” jelas Dicky dalam diskusi media di Heartology, Jakarta, Rabu (8/1).
Terdapat beberapa alasan mengapa laki-laki lebih berisiko. Pertama, penyakit jantung koroner yang lebih tinggi dialami laki-laki dibandingkan perempuan menyebabkan risiko atherosclerosis, yang merupakan penumpukan kolestrol atau zat lain di pembuluh darah.
Penumpukan ini mengganggu aliran darah, sehingga bisa menyebabkan terjadinya fibrilasi atrium.
Ditambah lagi, Dicky Bahkan mengatakan, tubuh laki-laki tidak dilindungi hormonal tertentu yang Kemungkinan ada pada perempuan.
“Perlindungan hormonal ini memang cukup bermakna, sehingga pembuluh darahnya bisa lebih elastis,” tutur Dicky.
Sekalipun demikian demikian, bukan berarti perempuan tidak berisiko mengalami fibrilasi atrium. Perempuan Bahkan berisiko, hanya saja risiko pada pria lebih tinggi.
2. Lansia
Ilustrasi. Lansia, salah satu kelompok paling rentan fibrilasi atrium. (stevepb/Pixabay)
|
Selanjutnya, golongan rentan mengalami fibrilasi atrium ialah lansia.
Dicky mengatakan, fibrilasi atrium sangat berkaitan dengan faktor usia. Semakin tua usia, semakin tinggi risiko terkena fibrilasi atrium.
Hal yang sama Bahkan ditegaskan oleh dokter spesialis jantung dan pembuluh darah lainnya Sunu Budhi Raharjo. Ia mengatakan, prevalensi fibrilasi atrium pada lansia meningkat jauh lebih tinggi.
“Usia kurang dari 40 tahun dalam populasi tidak sampai setengah persen (yang mengalami) AF, Usia di atas 70, 5 sampai 7 persen. Kemudian, usia di atas 80 tahun, 10 persen,” jelas Sunu.
Sekalipun demikian demikian, bukan berarti anak muda bisa bernapas lega. Penyakit ini bisa saja terjadi pada anak muda.
“Biasanya, atrial fibrilasi pada usia muda terjadi karena adanya Dalang sekunder,” jelas Dicky. Misalnya, kelainan katup dan kondisi peradangan.
3. Orang berkepribadian tipe A
Penelitian mengungkapkan bahwa faktor emosional dapat menyebabkan terjadinya aritmia. Jenis fibrilasi atrium lebih tinggi risikonya untuk dialami oleh orang dengan jenis kepribadian atau emosi tertentu.
Dicky mengungkapkan, orang dengan kepribadian tipe A lebih berisiko dengan fibrilasi atrium. Orang dengan kepribadian ini biasanya perfeksionis, emosional, dan lain-lain.
“Jadi memang personality type A itu berisiko lebih tinggi untuk terjadinya atrial fibrilasi dibandingkan yang lebih easy going, enggak stres, enggak emosional, enggak perfeksionis,” jelas Dicky.
Dicky mengimbau masyarakat untuk pandai mengelola stres dan emosi. Jangan sampai hal tersebut memicu masalah pada jantung.
4. Orang dengan Pola Hidup tidak sehat
Bagaimana pun Pola Hidup Nanti akan sangat berpengaruh pada kualitas hidup dan kesehatan seseorang. Mengonsumsi alkohol, merokok, obesitas, dan jarang melakukan Gerakan merupakan beberapa faktor yang bisa memengaruhi terjadinya fibrilasi atrium.
Selain hal-hal di atas, faktor genetik Bahkan berpengaruh terhadap risiko fibrilasi atrium. Oleh karena itu, Anda yang memiliki riwayat keluarga fibrilasi atrium disarankan untuk rutin memeriksakan diri.
(aur/asr)
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA