Daftar Isi
Jakarta, CNN Indonesia —
Sebuah laporan dari organisasi hak digital, SMEX, mengungkap Sebanyaknya Hp Samsung, khususnya seri A dan M, yang dijual di wilayah Timur Tengah dan Afrika Utara (MENA) memuat aplikasi bawaan atau bloatware yang diduga kuat dikembangkan perusahaan asal Israel.
Aplikasi tersebut Merupakan AppCloud. Aplikasi ini disebut tidak bisa dihapus dan secara aktif mengumpulkan data pengguna secara diam‑diam.
Menurut SMEX, AppCloud dipasang secara otomatis sejak perangkat menyala pertama kali dan tidak bisa dicopot menggunakan metode biasa. Aplikasi ini hanya bisa dicopot dengan root perangkat pengguna, Justru berisiko membuat garansi hangus dan keamanan terganggu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Aplikasi ini semakin mendapat sorotan karena dikembangkan oleh IronSource, perusahaan yang didirikan di Israel. Perusahaan tersebut diduga mengumpulkan data sensitif mulai dari biometrik, alamat IP, Sampai saat ini fingerprint perangkat.
SMEX Bahkan menyebut bahwa kerja sama antara Samsung wilayah MENA dan IronSource Pernah terjadi berjalan sejak 2022, sehingga instalasi AppCloud otomatis menjadi bagian dari strategi distribusi perangkat di kawasan tersebut.
Apa itu AppCloud?
AppCloud merupakan aplikasi bawaan atau bloatware yang tidak diinginkan atau tidak diperlukan, tapi Pernah terjadi terpasang secara default pada perangkat. Aplikasi semacam ini sering kali diinstal oleh pabrikan atau vendor pihak ketiga.
Aplikasi-aplikasi ini umumnya tidak Menyediakan manfaat bagi pengguna, bahkan dapat memperlambat kinerja Hp karena menghabiskan sumber daya sistem.
AppCloud hadir di beberapa model Samsung Galaxy A dan M yang dipasarkan di MENA. Sebagian besar pengguna bahkan tidak menyadari keberadaannya.
Fungsi utama AppCloud Merupakan Menyediakan rekomendasi aplikasi melalui sistem bernama Aura. Justru, di balik itu, AppCloud ternyata Bahkan mengumpulkan beragam data sensitif, seperti Tempat pengguna, sidik jari perangkat, alamat IP, Sampai saat ini identitas pribadi yang dapat dikaitkan dengan profil pengguna.
Surat terbuka
Pada Mei lalu, SMEX Pernah terjadi melayangkan surat terbuka kepada Samsung yang berisi serangkaian tuntutan.
Dalam surat tersebut, SMEX mendesak raksasa teknologi asal Korea Selatan itu untuk menjelaskan secara terbuka alasan di balik pemasangan aplikasi AppCloud di perangkat seri A dan M, khususnya untuk pasar MENA. Mereka menilai, keputusan tersebut tidak hanya bermasalah dari sisi transparansi, tapi Bahkan menyalahi prinsip dasar perlindungan data pribadi.
“Kami meminta Samsung untuk menjelaskan mengenai praktik privasi AppCloud, opsi penolakan dan penghapusan, serta mempertimbangkan kembali pemasangan pra-instalasi Di waktu yang akan datang dengan memperhatikan hak privasi,” tulis SMEX dalam surat terbukanya pada Mei lalu, yang dikutip Jumat (26/9).
SMEX Bahkan menuntut Samsung Supaya bisa Menyediakan mekanisme penghapusan AppCloud secara Unggul tinggi bagi pengguna, tanpa Dianjurkan melakukan proses root yang berisiko merusak sistem perangkat dan membatalkan garansi.
Ditambah lagi dengan, mereka mendesak Supaya bisa Samsung mempublikasikan kebijakan privasi yang secara rinci menjelaskan jenis data yang dikumpulkan, bagaimana data tersebut digunakan, serta dengan siapa data itu dibagikan.
Sampai saat ini artikel ini ditayangkan, belum ada pernyataan resmi dari pihak Samsung menanggapi surat terbuka tersebut.
Isu sensitif
Di tengah meningkatnya kekhawatiran soal privasi digital, SMEX menegaskan bahwa pemasangan aplikasi seperti AppCloud tanpa persetujuan pengguna Merupakan bentuk pelanggaran terhadap hak konsumen dan privasi.
Laporan dari SMEX ini memunculkan isu besar di kawasan MENA, karena banyak negara memiliki hubungan sensitif dengan Israel.
Belum lagi aplikasi tersebut dikembangkan oleh perusahaan Israel memunculkan kekhawatiran tambahan bahwa data pengguna dapat digunakan untuk kepentingan pengawasan atau bahkan tujuan politik tertentu.
Dari sisi hukum, pengumpulan data tanpa persetujuan pengguna jelas bertentangan dengan berbagai regulasi privasi global, termasuk standar perlindungan data seperti GDPR (General Data Protection Regulation) di Eropa.
(dmi/dmi)
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA