Jakarta, CNN Indonesia —
Center of Economic and Law Studies (Celios) menilai kenaikan Retribusi Negara Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen tidak hanya menekan Peningkatan Ekonomi, tetapi Bahkan berpotensi memicu pemutusan hubungan kerja (Pemecatan Karyawan) massal.
Director of Fiscal Justice Celios Media Wahyudi Askar mengungkapkan kenaikan PPN Berencana memukul daya beli masyarakat, yang Pada Kesimpulannya memaksa perusahaan untuk melakukan penyesuaian operasional. Salah satu langkah yang diambil pelaku usaha Merupakan pengurangan tenaga kerja.
“Ada kemungkinan penurunan daya beli masyarakat untuk mengkonsumsi sebuah barang, karena otomatis perusahaan Berencana melakukan penyesuaian, dan salah satu opsinya Merupakan mengurangi tenaga kerja,” jelas Media dalam diskusi yang berlangsung di Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), Jumat (29/11).
Lebih mendalam, ia menjelaskan simulasi dampak kebijakan ini menunjukkan 554 ribu pekerja terancam kehilangan pekerjaan akibat penyesuaian dunia usaha di tengah penurunan daya beli.
“Kemudian terjadi penurunan penyerapan tenaga kerja Sampai saat ini 554.440 orang. Dan ini efeknya masif sekali,” ujar Media.
Selain dampak terhadap tenaga kerja, Media menjelaskan kebijakan kenaikan PPN ini Bahkan menyebabkan kontraksi di berbagai sektor utama perekonomian.
Output ekonomi diproyeksikan turun Sampai saat ini Rp79 triliun, konsumsi rumah tangga terpangkas Rp40 triliun, dan Penjualan Barang ke Luar Negeri menurun Rp11 triliun.
“Ternyata ketika PPN dinaikkan secara signifikan menjadi 12 persen, output ekonomi kita justru hilang sebesar Rp79 triliun, PDB Bahkan hilang atau berkurang sebesar Rp65 triliun, konsumsi rumah tangga Bahkan menurun sebesar Rp40 triliun. Nah ini yang paling signifikan, Penjualan Barang ke Luar Negeri. Penjualan Barang ke Luar Negeri kita Bahkan Berencana mengalami kontraksi sebesar Rp11 triliun,” tambah Media.
Dengan berbagai tekanan ini, Bila kebijakan PPN 12 persen tetap dilaksanakan, Peningkatan Ekonomi pada 2025 diperkirakan hanya mencapai 4,09 persen.
“Peningkatan Ekonomi kita Berencana mengalami penurunan dari prediksi dan hanya Berencana mencapai 4,09 persen dibandingkan Peningkatan Ekonomi 2025 dari prediksi beberapa lembaga yang kemungkinan Berencana mencapai 5,1 persen,” pungkasnya.
(lau/sfr)
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA