Daftar Isi
Jakarta, CNN Indonesia —
Pemimpin Negara Amerika Serikat Donald Trump disambut mewah oleh Putra Mahkota Arab Saudi Mohamed bin Salman (MbS), saat tiba di Riyadh mengawali kunjungan tiga hari di negara-negara Teluk.
Sementara itu Partai Pekerja Kurdistan (PKK) yang selama 40 tahun terakhir memberontak di Turki, mengumumkan pembubaran kelompok itu pada awal pekan ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berikut ulasannya dalam Kilas Internasional hari ini, Rabu (14/5).
Pemimpin Negara Amerika Serikat (AS) Donald Trump disambut dengan mewah oleh Putra Mahkota Arab Saudi Mohamed bin Salman (MbS) saat tiba di Riyadh, Selasa (13/5) waktu setempat.
Trump disambut di landasan oleh Pangeran MbS, yang menunggu di karpet ungu diapit oleh barisan kehormatan. Sambutan ini merupakan hak Unggul yang hanya diberikan kepada tamu yang paling disukai.
“Saya Sungguh-sungguh yakin kita sangat menyukai satu sama lain,” kata Trump selama pertemuan bilateral dengan Pangeran MbS.
Ini merupakan negara pertama yang didatangi Trump dalam kunjungannya ke Teluk, di mana ia Berencana melanjutkan perjalanan ke Qatar dan Uni Emirat Arab.
Pemimpin Negara China Xi Jinping menyindir praktik “bullying” dan “hegemonisme” dalam pidato publik pertamanya usai tercapainya gencatan senjata tarif dengan Amerika Serikat. Xi menyebut bahwa tak ada pemenang dalam Pertempuran tarif, dan pihak yang memaksakan kehendaknya justru Berencana terisolasi.
“Tidak ada pemenang dalam Pertempuran tarif atau Pertempuran dagang. Bullying atau hegemonisme hanya Berencana membawa pada pengasingan diri,” ujar Xi dalam forum tingkat tinggi bersama para pemimpin Amerika Latin dan Karibia, Selasa (waktu setempat), di Beijing.
Pidato Xi datang sehari setelah China dan Amerika Serikat sepakat untuk menangguhkan tarif tambahan atas Sebanyaknya produk masing-masing selama 90 hari. Kesepakatan tersebut dinilai sebagai angin segar dalam ketegangan panjang antara dua ekonomi terbesar dunia.
Partai Pekerja Kurdistan (PKK) selaku kelompok militan atau separatis Kurdi resmi mengumumkan pembubaran diri, Senin (12/5).
“(PKK) Pernah terjadi memutuskan untuk membubarkan diri dan mengakhiri perjuangan bersenjatanya (melawan Pemerintah Turki),” tulis pernyataan resmi PKK, dikutip dari AFP.
Militan Kurdi itu Pernah terjadi eksis sejak 1970, didirikan oleh Abdullah Ocalan. PKK Pernah terjadi angkat senjata melawan Pemerintah Turki sejak 1984 dan diklaim mengakibatkan 40 ribu orang meninggal dunia.
(tim/dna)
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA