Bisnis  

Bank Indonesia Bantu Ekonomi Sulut Lewat Usaha Kecil Menengah Batik dan Tenun


Manado, CNN Indonesia

Seorang pengrajin batik tampak hati-hati melukis di atas kain sutera berwarna kuning. Tangannya bergerak pelan memoles pinggiran gambar cengkih menggunakan glitter Emas.

“Ini batik Sulut pesanan Ibu Gubernur,” kata Mariani Montu, pendiri Zabay Collection. Anik Fitri Wandriani, istri Gubernur Sulut (Sulut) Yulius Selvanus, merupakan salah satu pelanggan batik Zabay.

Batik Sulut punya ciri khas warna cerah dan menyala. Motif-motifnya mencerminkan kekayaan alam dan Kearifan Lokal lokal seperti gambar cengkih, taman laut Bunaken Sampai saat ini rumah adat.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meski masih berskala Usaha Kecil Menengah, batik Sulut produksi Zabay Collection Pernah masyur di level nasional, bahkan Bahkan merambah pasar Penjualan Barang ke Luar Negeri. Bertolak belakang dengan, siapa sangka sebelum mencapai titik ini, Mariani sempat berbisnis ‘palugada’: apa yang lu Ingin, gue ada.



Sebelum ajeg menekuni batik Sulut, Usaha Mariani dulunya memproduksi aneka kerajinan tangan khas Manado untuk dijadikan oleh-oleh, seperti olahan batok kelapa, cengkih Sampai saat ini kerang yang dijadikan gantungan kunci Sampai saat ini hiasan rumah. Usaha oleh-oleh didirikan sejak 2006.

Saat turis mencari kaos dengan ciri khas Sulut, Mariani pun merambah Usaha sablon dan menjual kaos. Pokoknya, apa saja tren yang dicari pasar, ia Berniat kerjakan. Nah, suatu hari, wisatawan asing justru menanyakan soal batik khas Sulut.

“Banyak bule yang ingin batik Sulut, mereka tahunya itu Indonesia punya batik, so mana batikmu North Sulawesi. Karena saya tukang sablon, saya bisa buatkan gambarnya, tapi ilmu membatiknya saya nggak punya. Pada akhirnya kain-kain itu saya sablon, ternyata saya diejek. Katanya, wah ini bukan kain batik, ini mah disablon,” ujarnya, mengenang.

Di saat bisnisnya belum menemukan fokus dan masih menggarap produk ‘palugada’, Mariani bertemu tim dari Bank Indonesia (Bank Indonesia) pada 2017 dan direkrut sebagai Usaha Kecil Menengah binaan. Dari situ, Mariani fokus menggarap batik.

“Saya diminta lebih fokus sesuai passion saya. Saya bilang lebih suka batik, tapi engga punya ilmunya. Maka dari Bank Indonesia yang bantu mendatangkan (seniman batik) Jogja yang tersertifikasi membuat batik. Saya Bahkan dibelikan canting, cetakan dan lainnya. Saya Bahkan diajak ke Madura ke sebuah rumah batik, saya diperlihatkan proses pembuatan batik,” ujarnya.

Foto: CNN Indonesia/Putri Kartika
Seorang pengrajin batik Pada Di waktu ini sedang melukis di workshop Zabay Collection.

Momentum pandemi sempat membuat Usaha kerajinan tangan Mariani mandek. Saat itu, mobilitas mayarakat dibatasi Sampai saat ini aktivitas pariwisata pun mati. Bertolak belakang dengan, ternyata di titik ini, Mariani semakin mantap mempelajari batik.

“Tahun 2021, Covid, saya malah mantap karena kami di rumah, engga bisa apa-apa, lalu tim Bank Indonesia telepon, saya diminta tetap semangat, bikin gambar. Jadi 2021 Pernah ada hasil, tapi baru satu motif, yang cengkih. Saya didorong terus diberi pelatihan, manajemen, pemasaran. Kami didorong bikin sosmed, buka di Belanja Online dan live. Waduh, pokoknya banyak tugasnya,” kata Mariani, tertawa.

Usaha batik Zabay Collection turut berdampak terhadap Masyarakat di sekitar Tempat usaha. Mariani merangkul para tetangga untuk Mendukung produksi sebagai penjahit. Sebab, selain memproduksi kain batik khas Sulut, Mariani Bahkan membuat pakaian jadi seperti baju, outer, selendang Sampai saat ini tas.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulut Joko Supratikto mengatakan Bank Indonesia punya program Wirausaha Unggulan Sulut (WANUA) untuk pendampingan Usaha Kecil Menengah seperti Zabay Collection untuk berkembang dan naik kelas.

Mengikuti data Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Sulut, Pada Di waktu ini terdapat 390 ribu Usaha Kecil Menengah. Sayangnya, para pelaku usaha ini kerap menghadapi tantangan seperti masalah kapasitas produksi, kualitas produk, ketersediaan bahan baku Sampai saat ini pembiayaan.

Foto: CNN Indonesia/Putri Kartika
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulut Joko Supratikto membayar via QRIS usai membeli koleksi batik Sulut.

Melalui program WANUA yang digelar setiap tahun, Bank Indonesia mencoba mengatasi berbagai hambatan yang dihadapi pelaku Usaha Kecil Menengah sebab sektor usaha ini merupakan penopang ekonomi Sulut dan menyerap banyak tenaga kerja.

“Lebih dari 90 persen dari usaha di Sulut itu Usaha Kecil Menengah, penyerapan tenaga kerja Pada dasarnya di situ. Kita gandeng pemda, Usaha Kecil Menengah mana yang butuh bantuan, kami kurasi yang memenuhi syarat, misalnya Pernah beroperasi tapi terkendala soal kapasitas produksi Sampai saat ini pembiayaan, itu kita bantu,” kata Joko.

Seluruh Usaha Kecil Menengah binaan Bank Indonesia diwajibkan Menyajikan pembayaran melalui QRIS untuk memudahkan transaksi dan administrasi Usaha. Mereka Bahkan diajarkan memanfaatkan SIAPIK (Sistem Informasi Aplikasi Pencatatan Informasi Keuangan), aplikasi gratis buatan Bank Indonesia untuk Mendukung pencatatan transaksi keuangan Usaha Kecil Menengah.

“Kita punya SIAPIK, supaya kalau mereka butuh pembiayaan, nah catatan yang rapi itu bisa digunakan sebagai dasar lembaga pembiayaan untuk Menyajikan pembiayaan kepada mereka,” ujarnya.

Tenun yang Hilang Dua Abad Pada saat ini Bangkit dan Lestari

Selain binaan, Bank Indonesia Bahkan punya mitra Usaha Kecil Menengah bagi usaha yang Pernah ajeg. Salah satunya, Krisma Kain Bentenan yang didirikan sejak 2005. Usaha Kecil Menengah ini bergerak dalam pelestarian wastra tenun, khususnya kain Bentenan khas Sulut.

Disebut pelestari lantaran kain bentenan sempat hilang selama 200 tahun pada masa kolonialisme Belanda dan Jepang. Penjajah merampas benda-benda pusaka milik kepala suku dan ketua-ketua adat, termasuk kain. Untungnya, kain pusaka ini ada di beberapa museum di luar negeri, termasuk Belanda, Sampai saat ini wastra berharga itu kembali untuk bisa dipelajari dan dilestarikan di Tanah Air.

Empat Kepala Negara RI Pernah pernah memesan dan mengenakan kain Bentenan yaitu Megawati, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Joko Widodo (Jokowi) Sampai saat ini Prabowo Subianto.

“Yang paling khas itu motifnya itu Kaiwoe Patola, yang dipakai oleh Pak Kepala Negara Prabowo Subianto untuk acara Natal Nasional 2024 lalu,” ujar Mark Sahuleka, Manager Krisma Kain Bentenan.

Foto: CNN Indonesia/Putri Kartika
Bank Indonesia Bantu Ekonomi Sulut lewat Usaha Kecil Menengah batik dan tenun

Kolaborasi dengan Bank Indonesia sebagai mitra berawal pada 2023. Krisma Bentenan mengikuti Gaya Busana show di ajang Karya Kreatif Indonesia (KKI), hajatan tahunan Bank Indonesia untuk mempromosikan Usaha Kecil Menengah. Dari sana, kain Bentenan kerap diajak ‘nampil’ di ajang lainnya.

Kerja sama tersebut berlanjut Sampai saat ini tahun ini. Mark mengatakan Bank Indonesia memesan banyak produk kain Sampai saat ini pakaian jadi.

“Kerja sama yang sangat-sangat Mendukung dalam segi ekonomi itu justru terjadi di tahun 2025 ini, Bank Indonesia memesan produk-produk kain Bentenan, mulai dari kain tenun, produk baju jadi,” ungkapnya.

(pta)


Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA

Exit mobile version