Zelensky Kecam Rusia Usai Serangan Rudal Tewaskan 7 Orang


Kepala Negara Ukraina Volodymyr Zelensky menyerukan pengiriman senjata untuk melakukan balas dendam setelah Rusia melakukan serangan rudal Sampai sekarang menewaskan tujuh orang.

“Setiap penundaan dalam pengambilan keputusan dalam Konflik Bersenjata ini berarti hilangnya nyawa manusia,” kata Volodymyr Zelensky, dikutip dari AFP, Sabtu (29/6).


Rusia melancarkan serangan di Ukraina selatan, tepatnya di kota Vilniansk. Serangan tersebut menyebabkan sedikitnya tujuh orang tewas, termasuk dua orang anak.

Ia Bahkan Menyajikan peringatan bahwa jumlah korban tewas di Vilniansk ada kemungkinan bertambah.

“Tujuh orang, termasuk dua anak-anak, tewas akibat serangan rudal Rusia di wilayah Zaporizhzhia,” ujar Zelensky di media sosial.

[Gambas:Video CNN]

Ditambah lagi dengan, Menteri Dalam Negeri Ukraina Igor Klimenko mengungkapkan sejauh ini terdapat 18 orang mengalami luka-luka dalam serangan di Vilniansk. Termasuk di dalamnya empat anak-anak.

Gedung bertingkat Sampai sekarang kendaraan yang berada di wilayah tersebut hancur dan terbakar akibat serangan rudal Rusia.

“Fasilitas infrastruktur penting, toko, dan bangunan tempat tinggal rusak,” ungkap kepala wilayah Zaporizhzhia Ivan Fedorov soal dampak kerusakan serangan.

Serangan rudal Rusia ke Vilniansk ini terjadi beberapa jam setelah Rusia mengatakan pesawat tak berawak Ukraina menyerang sebuah rumah di desa Gorodishche, Kursk, yang terletak beberapa meter dari perbatasan dengan Ukraina.

Pesawat tak berawak itu dilaporkan menewaskan lima orang, termasuk dua anak-anak.

Hal inilah yang diyakini membuat Rusia melakukan serangan balasan ke Vilniansk.

“Kami sangat berduka. Lima orang tewas, termasuk dua anak kecil. Dua anggota keluarga lainnya dalam kondisi serius,” ungkap Gubernur Kursk Alexei Smirnov lewat Telegram.

“Serangan dilakukan dengan menggunakan drone bergaya ‘copter’,” tambahnya. Senjata itu bisa membawa granat atau bahan peledak lainnya yang kemudian dijatuhkan di atas sasaran.

Rusia menginvasi Ukraina pada Februari 2022, memicu konflik terbesar di Eropa sejak Konflik Bersenjata Dunia II.

Pasukan Rusia masih menguasai kurang dari seperlima wilayah Ukraina yang diakui secara internasional, termasuk semenanjung Krimea yang dicaplok pada 2014.

(pra)



Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA

Exit mobile version