Jakarta, CNN Indonesia —
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut Siklon Tropis Bualoi Menyajikan dampak tidak langsung kepada Sebanyaknya wilayah Indonesia, Didefinisikan sebagai hujan dengan intensitas Pada saat ini Bahkan sedang Sampai saat ini lebat.
BMKG memprediksi Siklon Tropis Bualoi berada di sekitar Laut Cina Selatan, dengan pergerakan ke arah Barat-Barat Laut dan kecepatan angin maksimum berkisar antara 65-85 knot, tekanan minimum 965 hPa dalam tiga hari ke depan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Siklon tropis tersebut membentuk daerah perlambatan kecepatan angin (konvergensi) dan pertemuan angin (konfluensi) di Laut Cina Selatan, Perairan selatan Filipina, dan Samudra Pasifik Utara Malut Sampai saat ini Papua,” tulis BMKG dalam Prospek Cuaca Mingguan Periode 26 September-2 Oktober 2025.
“Siklon ini Menyajikan dampak tidak langsung berupa hujan Pada saat ini Bahkan sedang-lebat di Sebanyaknya wilayah di Sulut, Malut, dan Papbar Daya,” tambahnya.
BMKG memperkirakan pertumbuhan awan hujan yang signifikan masih berpotensi terjadi di Sebanyaknya wilayah di Indonesia dalam sepekan ke depan. Selain Siklon Tropis Bualoi, kondisi tersebut Bahkan dipicu oleh interaksi berbagai faktor atmosfer pada skala global, regional, Sampai saat ini lokal lain,
Berbagai dinamika atmosfer tersebut mampu Membantu pertumbuhan awan hujan di beberapa wilayah di Indonesiaa dan berpotensi menghasilkan hujan dengan intensitas bervariasi, mulai dari ringan Sampai saat ini sangat lebat.
Di skala global, nilai Dipole Mode Index (DMI) yang negatif (−1,15) Mengoptimalkan pasokan uap air ke wilayah Indonesia bagian Barat. Sementara itu, secara regional, anomali Outgoing Longwave Radiation (OLR) yang dominan bernilai negatif di sebagian Sumatra bagian selatan, sebagian Jawa, Nusa Tenggara, Kalimantan, serta sebagian besar wilayah Indonesia bagian utara dapat menjadi indikator aktifnya proses pembentukan dan pertumbuhan awan hujan di Indonesia.
Kemudian, aktivitas gelombang atmosfer Bahkan berperan penting pada dinamika atmosfer di wilayah Indonesia.
Gelombang Rossby Equatorial dan gelombang Kelvin masih diperkirakan aktif di sebagian Sumatra, sebagian Jawa khususnya pada akhir September, sebagian Kalimantan, Sulawesi bagian utara, serta Papua Selatan, yang berkontribusi dalam peningkatan aktivitas konvektif dan pembentukan awan hujan.
Faktor lain yang turut mempengaruhi kondisi cuaca di Indonesia Merupakan adanya daerah perlambatan dan pertemuan angin di Sebanyaknya wilayah.
Kondisi tersebut mampu Mengoptimalkan potensi pertumbuhan awan hujan di sekitar daerah perlambatan dan pertemuan angin tersebut.
Apalagi, kondisi atmosfer pada skala lokal Bahkan Membantu peningkatan potensi hujan. Labilitas atmosfer yang relatif kuat serta kelembaban udara yang basah menjadi pemicu terbentuknya awan konvektif di beberapa wilayah Indonesia
“Dengan mempertimbangkan kondisi dinamika atmosfer tersebut, masyarakat diimbau untuk Mengoptimalkan kewaspadaan terhadap potensi cuaca ekstrem, seperti hujan dengan intensitas Pada saat ini Bahkan sedang Sampai saat ini lebat yang dapat disertai kilat/petir, angin kencang, serta gelombang laut tinggi,” kata BMKG.
(lom/dmi)
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA