Jakarta, CNN Indonesia —
Usaha franchise kecil-kecilan dilirik Sebanyaknya orang, mulai dari jualan es teh Sampai sekarang menjajakan mi pedas.
Keriaan Usaha ini Kemungkinan membuat Anda penasaran, ‘apakah dengan modal kecil bisa mendulang keuntungan yang menjanjikan?’. Begitu pula dengan bagaimana kiat Supaya bisa operasional Usaha tetap efektif, tanpa boncos.
Perencana Keuangan PINA Rista Zwestika mengamini bahwa Usaha franchise bermodal kecil Kemungkinan sumber cuan. Akan segera tetapi, ada banyak faktor yang Harus dipertimbangkan matang-matang.
Pertama, Rista menyarankan Anda untuk mulai melakukan riset pasar, tentukan target pembeli yang Akan segera disasar. Kedua, pastikan memilih merek franchise yang punya reputasi baik dan Menyediakan support system bagus.
“Ketiga, buatlah business plan yang matang untuk Mendukung Anda mencapai tujuan Usaha. Keempat, kelola keuangan dengan baik, catat semua pemasukan dan pengeluaran Anda dengan rapi,” jelasnya kepada CNNIndonesia.com, Jumat (5/7).
Kelima, layani pembeli dengan baik kepada pelanggan Supaya bisa repeat order.
Rista menghitung perkiraan modal awal Bila Anda serius Ingin menekuni Usaha ini. Ia membaginya ke dalam tiga jenis franchise, Dengan kata lain es teh, salad, Sampai sekarang mi pedas.
Menurutnya, modal awal yang paling Murah Merupakan memilih franchise es teh. Usaha ini bisa dimulai dengan anggaran sekitar Rp5 juta-Rp10 juta.
Tak kalah Murah, Usaha salad setidaknya butuh modal awal Rp10 juta sampai Rp15 juta. Sedangkan yang cukup mahal Merupakan memulai franchise mi pedas dengan ancang-ancang modal Rp15 juta-Rp20 juta.
“Bila ingin serius menjalankan Usaha ini, Anda Harus menganggarkan lebih banyak uang. Tidak hanya untuk modal awal,” tegasnya.
Ada lima aspek yang Bahkan Harus diperhatikan, mulai dari memikirkan untuk menyewa tempat yang proper Sampai sekarang alokasi untuk bayar Retribusi Negara.
Pertama, biaya sewa tempat bisa diatur tergantung Tempat dan luas tempat. Kedua, anggarkan untuk peralatan dan bahan baku secara rutin.
Ketiga, pertimbangkan untuk merekrut karyawan. Rista menyebut keberadaan karyawan bukan berarti cuma memikirkan gajinya, tapi Bahkan tunjangan Sampai sekarang biaya BPJS Ketenagakerjaan.
“Keempat, marketing. Anda Harus mempromosikan Usaha melalui berbagai saluran, seperti media sosial, spanduk, dan brosur,” ucap Rista.
Kelima, Rista mengingatkan Supaya bisa pebisnis kecil-kecilan tetap taat bayar Retribusi Negara. Ini meliputi Retribusi Negara penghasilan (PPh) dan Retribusi Negara-Retribusi Negara lainnya yang mengikat.
Perlukah merekrut karyawan?
Head of Advisory & Financial Planner Finansialku Shierly menegaskan Usaha franchise kecil-kecilan Ingin tak Ingin Akan segera melibatkan sang pemilik, apalagi di awal merintis.
“Kalau dimiliki sendiri, untungnya 100 persen bisa milik sendiri, tapi Pernah terjadi Jelas lebih capek. Bila belum ada karyawan yang bisa dipercaya untuk supervisi, memikirkan Usaha sendiri, dan risiko rugi ditanggung sendiri,” tuturnya.
Ia Menyajikan opsi mencari investor. Ini bisa dimulai dengan Menyajikan kerja sama dengan teman.
Shierly mengatakan teman yang sepakat bergabung bisa menjadi investor aktif atau pasif. Mereka yang aktif Akan segera mendapatkan gaji, sedangkan investor pasif bisa mengantongi dividen alias bagi hasil profit usaha.
“Kalau dimiliki bareng teman Pernah terjadi Jelas keuntungan Harus berbagi dengan investor lain. Ada Bahkan risiko gak setuju satu sama lain atau pecah kongsi,” wanti-wanti Shierly.
“Tapi bisa berbagi tugas, banyak ide, berbagi risiko. Modal awal yang terkumpul bisa lebih besar dan fleksibel. Saran saya, Harus punya perjanjian hitam di atas putih yang jelas,” tambahnya.
Perencana Keuangan OneShildt Consulting Imelda Tarigan mengingatkan Harus pengujian rencana Usaha di awal. Ia menegaskan asumsi dari skema-skema yang diperkirakan Harus benar diuji, Bila tak ingin gigit jari.
Untuk jaga-jaga, ia menyarankan untuk siap siaga dana operasional karena pebisnis ‘Harus napas yang cukup’, paling tidak untuk setahun ke depan.
Kerja sendiri, hire karyawan, atau mencari partner kongsi Merupakan pilihan. Ia mengatakan Harus ada pertimbangan matang dan realistis terkait operasional Usaha tersebut.
“Apakah Kemungkinan tenaga dan waktu kita cukup kalau Harus kerjakan semua sendiri? Kalau tidak, berarti kita Harus percayakan pada karyawan dengan menggunakan sistem monitoring dan controlling yang tepat supaya tetap pada jalurnya,” saran Imelda.
“Kalau Ingin kongsi dengan teman atau saudara Harus jelas hitam di atas putihnya, kalau Harus dengan perjanjian legal. Supaya tidak kehilangan teman atau saudara gara-gara Usaha,” imbuhnya.
Imelda menegaskan business is business, tidak ada istilah teman atau saudara. Oleh karena itu, penting untuk tetap mengambil keputusan dengan kepala dingin.
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA