Bisnis  

Menyorot Angka Peningkatan Ekonomi 5,12 Persen, Kok Bisa?

Jakarta, CNN Indonesia

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan Peningkatan Ekonomi Indonesia sepanjang kuartal II mencapai 5,12 persen (year on year/yoy). Sekalipun, Sebanyaknya ekonom kaget dengan kinerja ini karena di atas proyeksi dan dianggap tidak sesuai dengan kondisi nyata di lapangan.

Misalnya, Ekonom BCA David Sumual memproyeksi perekonomian hanya mampu tumbuh di kisaran 4,69 persen sampai 4,81 persen.

Begitu Bahkan dengan Ekonom Maybank Indonesia Myrdal Gunarto yang mengaku kaget karena tidak menyangka pertumbuhan kuartal II-2025 bisa di atas 5 persen.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Surprising, karena ekspektasi kita di bawah 5 persen,” ujar Myrdal.



Analis Senior Indonesia Strategic and Economic Action Institution Ronny P Sasmitamenilai data yang disampaikan BPS mencerminkan perekonomian dalam negeri memang mulai membaik. Misalnya, konsumsi rumah tangga meski lajunya masih di bawah 5 persen Sekalipun lebih baik dari kuartal sebelumnya.

Dari data BPS, konsumsi rumah tangga pada kuartal I 2025 hanya sebesar 4,95 persen dan pada kuartal II 2024 hanya 4,93 persen.

“Konsumsi rumah tangga masih di level 4,9, masih di bawah pertumbuhan, tapi cukup membaik karena kita tahu ada tahun ajaran baru di triwulan kedua itu, jadi ada sumber pertumbuhan konsumsi baru yaitu dari tahun ajaran baru,” jelas Ronny kepada CNNIndonesia.com, Selasa (5/8).

Kemudian, industri pengolahan dinilai mulai bergeliat dengan pertumbuhan yang ekspansif 5,68 persen. Begitu Bahkan dengan Produk Ekspor yang berhasil tumbuh 10,67 persen dinilai sebagai salah satu efek safari Pemimpin Negara Prabowo Subianto ke berbagai negara.

“Pertumbuhannya cukup membaik, kita tahu bahwa Pak Prabowo berkeliling dunia untuk mencoba membuka pasar, terutama berhasil menorehkan perjanjian pedagang bebas dengan Eropa, dengan beberapa negara di Asia dan dengan Amerika berhasil menurunkan tarif dari 32 persen menjadi 19 persen itu Bahkan menjadi trigger meningkatnya Produk Ekspor,” jelas Ronny.

Ronny Bahkan melihat kinerja Penanaman Modal cukup baik meski cenderung moderat.

Menurut Ronny, konsumsi pemerintah yang dinilai Wajib digenjot lagi.

“Konsumsi pemerintah, ya dari data itu justru terkontraksi lebih tinggi daripada di kuartal kedua. Jadi ini (pertumbuhan 5,12 persen) itu didorong yang pertama oleh konsumsi yang mulai membaik, yang kedua oleh Penanaman Modal yang tumbuh cukup moderat, dan yang ketiga oleh Produk Ekspor,” terangnya.

Sekalipun, tak berarti kinerja ini bisa membawa perekonomian langsung bisa terbang ke 8 persen seperti target Prabowo. Pasalnya, masih ada tantangan daya beli yang Sampai Pada Di waktu ini belum sepenuhnya kembali dan kondisi politik dalam negeri.

“Cuma kalau dikaitkan dengan 8 persen, saya masih sangat pesimis dengan strategi pembangunan hari ini dengan kompromi-kompromi politik yang banyak dilakukan. Jadi saya masih agak pesimis untuk 8 persen, tapi untuk 5 persenan saya masih oke lah. Maksimum bisa dicapai oleh pemerintah ini dengan Trik kalau bertahan dengan ini paling 6 persen,” ujarnya.

Senada dengan Ronny,Peneliti Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet mengatakan dibandingkan dengan kuartal I 2025, pertumbuhan kuartal II memang menunjukkan perbaikan.

Dua indikator utama Dikenal sebagai konsumsi rumah tangga dan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) mencatatkan pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan dengan capaian pada kuartal sebelumnya.

Data BPS mencatat, konsumsi rumah tangga tumbuh 4,97 persen dan PMTB tumbuh 6,99 persen. PMTB Merupakan indikator yang mencerminkan aktivitas Penanaman Modal baik dari pemerintah maupun swasta.

“Sesuai ketentuan penjelasan BPS siang tadi, pertumbuhan PMTB dipengaruhi oleh peningkatan belanja modal, yang mengindikasikan bahwa realisasi belanja pemerintah khususnya belanja modal dari APBN Pernah terjadi mulai berjalan lebih optimal pada kuartal kedua,” kata Rendy.

Sekalipun demikian, untuk mencapai pertumbuhan 8 persen, Rendy melihat masih banyak kendala yang Wajib diselesaikan oleh pemerintah. Ia memperkirakan pemerintahan era Prabowo belum bisa mencapai target ekonominya tahun ini.

“Bahkan untuk tahun-tahun mendatang, masih banyak pekerjaan rumah yang Wajib diselesaikan Supaya bisa Indonesia bisa mencapai Peningkatan Ekonomi sebesar 8 persen,” tegasnya.

Untuk Ke arah pertumbuhan 8 persen, Rendy melihat pemerintah Wajib mampu mendorong Peningkatan Ekonomi secara bertahap, minimal di atas 5 persen selama beberapa tahun ke depan. Ini Tidak mungkin tidak membutuhkan upaya Berkelas, terutama dari sisi Penanaman Modal.

“Sekalipun pada kuartal kedua ini PMTB mencatatkan pertumbuhan yang relatif tinggi, tetap dibutuhkan tambahan Penanaman Modal yang sangat besar Dikenal sebagai diperkirakan di atas Rp10 ribu triliun untuk bisa mendekati target pertumbuhan 8 persen,” jelasnya.

Menurut Rendy, target tersebut Tidak mungkin tidak tidak mudah. Sebab, Mengoptimalkan realisasi Penanaman Modal dalam jumlah besar memerlukan berbagai pendekatan strategis, mulai dari pemberian insentif, stabilisasi ekonomi dan politik, kepastian hukum dan HAM, Sampai saat ini peningkatan daya saing dengan negara-negara lain dalam menarik investor global.

“Meski begitu, Indonesia tetap memiliki modal penting berupa pasar domestik yang besar dan beragam, serta konsumsi rumah tangga yang stabil dan terus menopang Peningkatan Ekonomi. Dengan menjaga daya beli masyarakat dan memastikan pertumbuhan konsumsi tetap kuat, pemerintah Pada dasarnya bisa memanfaatkannya sebagai daya tarik bagi investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia,” jelasnya.

Bersambung ke halaman berikutnya…



Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA