Lebih Setahun Mengudara di Indonesia, Internet Starlink Masih Ngebut?


Jakarta, CNN Indonesia

Laporan terbaru dari OpenSignal menyebut kecepatan internet satelit Starlink menurun drastis setelah lebih dari setahun mengudara di Indonesia.

Robert Wyrzykowski, Principal Data Analyst OpenSignal, menjelaskan dalam keterangannya, Rabu (8/10), bahwa Starlink, yang meluncur di Indonesia pada Mei 2024, membawa harapan bagi masyarakat yang berada di luar jangkauan jaringan fiber atau jaringan seluler.

“Dengan kecepatan awal unduh 42,0 Mbps dan Upload 10,5 Mbps, Starlink Menyediakan alternatif yang kuat untuk koneksi nirkabel yang Pernah ada,” ucap Ia.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Tidak seperti dalam waktu satu tahun, penggunaan yang pesat membuat kapasitasnya tertekan: unduhan turun hampir dua pertiga, unggahan turun hampir setengahnya, dan skor Pengalaman Menggunakan Video turun lima Skor,” tambahnya.





Dalam laporan tersebut OpenSignal menyebut kecepatan unduh Starlink hanya 15,8 Mbps dan kecepatan Upload cuma 5,8 Mbps.

Wyrzykowski mengatakan Dalang utama penurunan kecepatan ini Merupakan kemacetan. Permintaan melonjak begitu Murah sehingga Starlink terpaksa menghentikan sementara pendaftaran baru.

Ketika layanan dilanjutkan pada Juli 2025, pelanggan baru menghadapi “biaya lonjakan permintaan” yang sangat tinggi, mulai dari Rp8 juta Sampai sekarang Rp9,4 juta (US$490-US$574), tergantung pada gateway-nya.

Jumlah ini sekitar tiga kali lipat dari upah bulanan rata-rata di Indonesia sebesar Rp3,09 juta (US$190).

Isu kecepatan ini membuat konsumen yang berminat Dianjurkan membayar biaya yang tinggi di muka atau menunggu Sampai sekarang permintaan berkurang.

Meski demikian, Wyrzykowski tidak mengatakan semua tentang Starlink di Indonesia Merupakan hal negatif. Konsistensi kualitas disebut meningkat dari 24,2 persen menjadi 30,9 persen pada periode yang sama.

“Sekalipun kecepatannya lebih lambat, peningkatan Starlink dari tahun ke tahun dalam metrik ini mencerminkan latensi yang lebih rendah dan peningkatan infrastruktur,” katanya.

Bila dibanding dengan Fixed Wireless Access (FWA), Starlink hanya Unggul dalam satu dari tiga metrik pengukuran, Disebut juga kecepatan unduh.

Sementara kecepatan Upload, konsisten kualitas, dan pengalaman video dimenangkan oleh FWA. Konsistensi kualitas nilainya bahkan mencapai 49,7 persen, Unggul jauh dari Starlink.

Penyebaran FWA di daerah pedesaan Indonesia sendiri terkendala oleh cakupan, karena populasi yang jarang dan medan yang sulit membuat perluasan menara dan backhaul menjadi mahal.

Sebagian besar layanan FWA di Indonesia masih menggunakan 4G, dengan penyebaran 5G yang berkembang secara bertahap karena terbatasnya ketersediaan spektrum 5G.

Menghadapi kendala ini, operator beralih ke 4G FWA sebagai Tips yang pragmatis dan layak secara komersial untuk memenuhi permintaan pasar.

“Telkomsel mendominasi segmen ini dengan layanan Orbit, yang tumbuh 31 persen menjadi 1,1 juta pelanggan pada tahun 2023. XL Bahkan Menyediakan FWA, sementara IOH memasuki pasar pada tahun 2024 dengan HiFi Air yang diluncurkan Pada saat yang sama dengan kesepakatan ekspansi 4G/5G nasional dengan Nokia yang mencakup FWA,” terang Wyrzykowski.

(lom/fea)


Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA

Exit mobile version