Jakarta, CNN Indonesia —
Analisis dari dua metode penentuan bulan baru hijriah menunjukkan 1 Muharram 1446 H sama-sama jatuh pada Minggu (7/7). Simak penjelasannya berikut.
Untuk menentukan bulan baru hijriah, Pemerintah punya metode berbeda dengan Muhammadiyah.
Kementerian Agama Pada Saat ini Bahkan menganut kriteria MABIMS yang merupakan kesepakatan Menteri-menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Singapura.
Patokannya, bulan baru hijriah terjadi saat tinggi hilal (fase bulan baru berupa sabit tipis pada magrib di hari sebelumnya) punya ketinggian minimal 3 derajat, dengan elongasi atau jarak sudut Matahari-Bulan minimal 6,4 derajat.
Sementara, Muhammadiyah memakai metode Imkan Rukyat, yang berarti kemungkinan terlihatnya bulan sabit pertama setelah konjungsi atau ijtimak atau satu putaran orbit Bulan mengelilingi Bumi. Ketinggian hilalnya yang penting di atas nol derajat.
Hal inilah yang kerap memicu perbedaan awal puasa Ramadhan, lebaran Idulfitri, Sampai sekarang Iduladha.
Lalu apakah tahun baru Islam 1 Muharam 1446 Bahkan bisa berbeda?
Versi BMKG
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi hilal awal tahun 1446 Hijriyah Akan segera terlihat setelah magrib sore ini.
Menurut keterangan dalam Informasi Prakiraan Hilal Saat Matahari Terbenam 6 Juli 2024, BMKG menyebut waktu terbenam Matahari di Indonesia paling awal pukul 17.32.39 WIT di Merauke, Papua, dengan waktu terbenam paling akhir pukul 18.57.05 WIB di Sabang, Aceh.
Konjungsi pun terjadi sebelum matahari terbenam pada 6 Juli 2024.
Tinggi hilal
BMKG memprakirakan ketinggian hilal di Indonesia saat matahari terbenam pada 6 Juli 2024 berkisar 3,06 derajat di Merauke, Papua, sampai 5,84 derajat di Sabang, Aceh.
Tinggi hilal berarti besar sudut yang dinyatakan dari posisi proyeksi Bulan di horizon-teramati Sampai sekarang ke posisi pusat piringan Bulan berada.
Elongasi
Menurut hitungan BMKG, elongasi geosentris sore ini berkisar 6,91 derajat di Merauke, Papua sampai dengan 8,17 derajat di Sabang, Aceh.
Umur bulan
Umur bulan berarti selisih waktu Matahari terbenam dan waktu terjadi konjungsi.
Umur bulan di Indonesia saat Matahari terbenam pada 6 Juli 2024 antara 9,59 jam di Merauke, Papua sampai 13 jam di Sabang, Aceh.
Versi Muhammadiyah
Dengan tetap menganut Imkan Rukyat, Muhammadiyah menyodorkan Kalender Hijriyah Global Tunggal (KHGT) sebagai “solusi yang lebih sistematis dalam menetapkan awal bulan baru Merujuk pada kriteria astronomis yang jelas.”
Kalender tersebut menyebutkan awal bulan baru ditentukan oleh parameter utama berupa Imkan Rukyat dan konjungsi.
Menurut KHGT, imkan rukyat terjadi ketika tinggi bulan minimal 5 derajat dan elongasi minimal 8 derajat saat Matahari terbenam “di belahan Bumi manapun.”
Apalagi, konjungsi Dianjurkan terjadi sebelum pukul 12:00 malam waktu Greenwich (GMT) untuk dapat menentukan awal bulan yang baru pada hari berikutnya.
Bila syarat di atas tidak terpenuhi, Dengan kata lain konjungsi terjadi lewat dari pukul 12.00 malam GMT, maka bulan baru tetap bisa dimulai dengan syarat konjungsi tersebut terjadi sebelum fajar di New Zealand dan Pernah imkan rukyat di daratan benua Amerika atau kawasan lain di luarnya.
“Manakala tidak ada kawasan yang memenuhi imkan rukyat pada hari konjungsi, bulan baru Akan segera dimulai lusa setelah hari konjungsi,” demikian menurut keterangan di situs Muhammadiyah.
Untuk perhitungan astronomis 1 Muharam 1446 H, Muhammadiyah mengungkap konjungsi bulan terjadi pada Jumat (5/7) pukul 22.57.19 GMT.
Imkan Rukyat atau kemungkinan terlihatnya bulan sabit pertama terjadi pada Sabtu (6/7) pukul 11.30.38 GMT dengan tinggi bulan sekitar 6 derajat dan elongasi 8 derajat.
“Merujuk pada kriteria KHGT, kondisi ini Pernah terjadi memenuhi syarat untuk menetapkan awal bulan Muharram 1446 H yang jatuh pada Ahad, 7 Juli 2024,” tutur keterangan Muhammadiyah.
[Gambas:Video CNN]
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA