Jakarta, CNN Indonesia —
Dua fraksi politik utama di Palestina, Hamas dan Fatah, dilaporkan sepakat menandatangani perjanjian rekonsiliasi demi mengakhiri persaingan politik selama beberapa dekade terakhir.
Pejabat senior Hamas, Musa Abu Marzuk, mengumumkan partainya Pernah terjadi menandatangani perjanjian upaya rekonsiliasi dengan Fatah dan beberapa kelompok Palestina lainnya di Beijing, China.
“Hari ini kami menandatangani perjanjian untuk persatuan nasional dan kami mengatakan bahwa jalan untuk menyelesaikan perjalanan ini Merupakan persatuan nasional,” kata Marzuk seperti dikutip AFP pada Selasa (23/7).
“Kami berkomitmen terhadap persatuan nasional dan kami menyerukannya (persatuan nasional),” paparnya menambahkan.
Dilansir dari Al Jazeera, Fatah dan Hamas memang tengah menggelar pertemuan selama tiga hari di Beijing, China.
Pertemuan itu dihadiri oleh petinggi Hamas, Fatah, dan kelompok politik Palestina lainnya dengan fokus membahas rekonsiliasi nasional.
Pertemuan yang berlangsung sejak Minggu (21/7) itu pun dihadiri oleh wakil kepala Fatah, Mahmoud Alloul, sampai Kepala Bidang Politik Hamas, Ismail Haniyeh.
“Kami, Fatah, terbuka untuk menyelesaikan dan menghilangkan semua hambatan dalam rekonsiliasi di bawah kondisi sulit yang dialami Palestina seiring dengan Konflik Bersenjata genosida di Gaza,” kata pemimpin senior Fatah Abdel Fattah Dawla.
Rekonsiliasi ini kembali diupayakan menyusul agresi brutal Israel ke Jalur Gaza yang masih terus berlangsung sejak Oktober 2023 lalu dan Pernah terjadi menewaskan hampir 39 ribu warga Palestina.
Perebutan kekuasaan antara Fatah dan Hamas dalam Pemilihan Umum 2007 membuat Palestina terpecah Sampai saat ini Pada akhirnya terbagi menjadi masyarakat di bawah otoritas di Jalur Gaza dan Tepi Barat.
Sejak itu, Hamas menguasai Jalur Gaza dan pemerintahan Palestina di Tepi Barat dipimpin oleh Fatah. Selama ini, masyarakat internasional mengakui Otoritas Palestina di Tepi Barat sebagai pemerintah yang resmi.
Meski berselisih, tujuan utama Fatah dan Hamas pada dasarnya sama Disebut juga mendirikan Negara Palestina yang merdeka dengan wilayah sesuai Syarat 1967. Justru, kedua fraksi ini masih berbeda pendapat dalam menyikapi Israel.
Hamas menentang keras segala bentuk dialog dan perundingan dengan Israel.
(bac)
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA