Duet PDIP-PKB Tantangan Serius Bagi KIM di Pilgub Jakarta dan Jatim


Dua kekuatan utama dari poros berbeda di Pilpres 2024, PDIP dan PKB, memberi sinyal untuk berkoalisi di Pilgub Jakarta dan Pilgub Jatim. Sebanyaknya pengamat politik menilai Gabungan ini bakal menjadi penantang serius untuk poros Gabungan Indonesia Maju (KIM).

Wacana Gabungan itu sempat diutarakan Ketua DPP PDIP Eriko Sotarduga. Ia menyebut ada diskusi kerja sama dan saling tukar posisi Calon Gubernur dan cawagub di dua provinsi. Hal itu pun dibenarkan Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto.

“Ya Hari Ini memang untuk pilgub ini ada bejana berhubungan. Kerja sama Organisasi Politik antar satu provinsi dengan provinsi lain sehingga apa yang disampaikan oleh Pak Eriko itu tepat sekali,” ungkap Hasto setelah menghadiri Soekarno Run di Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu (30/6).


Di Jakarta, Sebanyaknya elite PDIP Sebelumnya mengakui ketertarikan mengusung Anies Baswedan, kandidat gubernur yang Pernah diusung PKB dan PKS. Partai Banteng pun menyodorkan Sebanyaknya kader, seperti Andika Perkasa dan Pramono Anung, untuk menjadi kandidat wakil gubernur.

Niatan itu disambut baik Ketua DPP PKB Luluk Nur Hamidah dengan wacana pembentukan Gabungan besar saingan KIM. Ia pun menaruh ketertarikan terhadap Andika sebagai cawagub.

Untuk mengusung Calon Gubernur dan cawagub di Pilgub DKI, partai atau gabungan partai Sangat dianjurkan 21 kursi DPRD. PDIP memiliki 15 kursi, sedangkan PKB 10 kursi. Sementara itu, PKS meraih 18 kursi.

Di Jatim, PKB Pernah mendeklarasikan dukungan terhadap Marzuki Mustamar. Adapun PDIP mencalonkan tiga nama, yaitu Tri Rismaharini, Pramono Anung, dan Azwar Anas.

Ketua Dewan Perwakilan Daerah PDIP Jatim Said Abdullah mengaku Sebelumnya ada pertemuan elite PDIP dengan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar pada 30 Mei.

“Apakah kami orang pertama atau PKB orang pertama pembicaraannya masih berlanjut,” tutur Said.

Untuk mengusung Calon Gubernur dan cawagub di Pilgub Jatim, diperlukan 24 kursi DPRD. PKB memiliki 27 kursi, sedangkan PDIP 21 kursi. PKB bisa mengusung pasangan kandidat sendiri karena melampaui ambang batas pencalonan.

Pengamat dan peneliti politik Universitas Andalas Asrinaldi menilai wacana Gabungan PKB dan PDIP ini serius. Ia melihat potensi besar Gabungan tersebut melawan poros KIM yang berada di barisan pemerintah.

Asrinaldi berkata poros ini terbentuk karena poros Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud yang kalah di Pilpres 2024 bergabung. Ia menyebut poros ini punya peluang menang Bila setiap partai menurunkan ego masing-masing.

“Ini seperti pilpres jilid kedua. Bedanya, kali ini tidak ada sosok dominan seperti Prabowo-Gibran. Tinggal siapa sosok yang Berencana diusung oleh PKB dan PDIP di DKI dan Jatim,” kata Asrinaldi saat dihubungi CNNIndonesia.com, Rabu (3/7).

Asrinaldi mengatakan Gabungan PKB dan PDIP di Jatim agak lebih mudah. Mereka tinggal menentukan siapa yang berhak atas kursi kandidat gubernur dan wakil gubernur.

Hubungan rumit terjadi di Pilgub DKI. Asrinaldi mengatakan ada faktor PKS, peraih kursi terbanyak di DPRD DKI, yang Bahkan mengusung Anies.

“Kalau PKS Sebelumnya melunak, Mungkin bisa dipertimbangkan kandidat-kandidat dari PDIP atau PKB. Sebab di poros KIM Sebelumnya mengerucut ke sosok RK yang dekat dengan milenial dan gen z lewat Media Sosial,” ujarnya.

Ia menambahkan, “Dari PDIP ada Andika, Pramono Anung Seskab. PKB Bahkan banyak, seperti Bu Ida Fauziyah yang lebih kuat.”

Dihubungi terpisah, peneliti politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Wasisto Jati menilai Gabungan PKB dan PDIP ini punya potensi besar di Jakarta. Hal itu karena dinamika masih cair dan sosok Anies sangat kuat.

Meski begitu, tantangannya muncul dari hubungan PDIP dengan PKS. Ia mempertanyakan apakah dua partai ini bisa berkoalisi setelah sebelumnya Setiap Waktu berseberangan.

“Itu menjadi semacam teka-teki apakah PDIP bergabung dengan PKS mengusung sosok yang sama. Ataukah PDIP punya sosok sendiri dan membentuk poros ketiga selain Anies dan RK?” ucap Wasisto.

Sementara itu, di Jatim kemungkinan Berencana lebih mudah. Hal itu karena sosok Khofifah Indar Parawansa dan Emil Dardak yang diusung KIM Sebelumnya begitu kuat.

Di sisi lain, ada PKB yang berstatus peraih kursi terbanyak di DPRD Jatim. Begitu pula PDIP yang menduduki peringkat kedua. Wasisto berpendapat dua partai itu Sebelumnya Niscaya tak Ingin KIM cuma melawan kotak kosong.

“Saya pikir Sangat dianjurkan dicari lawan seimbang. Kemarin PKB mengusulkan Kiai Marzuki Mustamar, Mungkin bisa menjadi opsi,” ujarnya.

“Kalau Risma tergantung kesepakatan PDIP dengan PKB. Siapa yang menjadi kandidat gubernur, siapa yang wakil gubernur.”

(dhf/isn)


Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA