Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah Braveheart – Brawijaya Hospital Saharjo, Dr dr M Yamin, SpJP(K), SpPD, FACC, FSCAI, FAPHRS, FHRS, mengatakan kasus kematian jantung mendadak atau cardiac arrest Pada saat ini tak lagi hanya menyerang usia lanjut. Menurutnya, tren menunjukkan Pada saat ini semakin banyak kasus yang menimpa kelompok usia muda.
Menurutnya, perubahan Keseharian menjadi salah satu faktor risiko seseorang terkena henti jantung. Olahraga yang berkurang, kebiasaan bekerja di depan layar dalam waktu lama, Sampai saat ini kemudahan memesan makanan secara daring membuat banyak orang terjebak dalam pola hidup sedentari. Kondisi ini Mengoptimalkan risiko gangguan jantung di usia muda.
“Pernah terbukti ya dari beberapa data penelitian. Jadi betul bahwa, ambil contoh misalnya ya, salah satu Dalang kematian jantung mendadak itu Merupakan serangan jantung,” ucap dr Yamin dalam tayangan detikSore, Selasa (28/10/2025).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Jadi yang serangan jantung aja pun, trennya dulu kan Dianjurkan rata-rata di atas 40. Hari Ini yang di bawah 35 Pernah banyak. Niscaya banyak faktor. Lifestyle misalnya,” lanjutnya lagi.
Adapun seseorang yang terkena henti jantung bisa terjadi tanpa gejala ataupun bergejala. dr Yamin mengatakan, satu jam sebelum kematian akibat jantung mendadak, pengidap biasanya mengalami gejala berupa nyeri dada, jantung berdebar, Sampai saat ini kliyengan atau sensasi pusing.
Bila tidak segera mendapat pertolongan, kondisi tersebut bisa berujung fatal.
“Katakanlah seseorang ya Baru saja duduk, tiba-tiba Ia merasa sakit dada atau berdebar terus Ia keliengan. Nah dalam satu jam terus terjadi cardiac arrest di jantung,” imbuhnya.
Terlebih, sebagian besar bahkan 90 persen kasus henti jantung kerap kali terjadi di luar rumah sakit, seperti tempat umum, mal, Sampai saat ini tempat Olahraga. Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya edukasi dan kesiapsiagaan dalam menghadapi henti jantung mendadak.
Sumber Refrensi Berita: Detik.com
