Bos Secret Service Buka Suara usai Dicap Gagal Cegah Penembakan Trump


Jakarta, CNN Indonesia

Direktur Secret Service atau Dinas Rahasia Amerika Serikat Kimberly Cheatle buka suara usai lembaganya dinilai gagal mencegah penembakan mantan Pemimpin Negara Donald Trump pada Sabtu (13/7) lalu.

Dalam wawancara dengan ABC News pada Senin (15/7) waktu AS, Cheatle mengaku bertanggung jawab atas kegagalan lembaganya melindungi Trump dan mencegah penembakan sebelum terjadi.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Dinas Rahasia bertanggung jawab atas perlindungan mantan Pemimpin Negara dan tanggung jawab ada di tangan saya, saya Direktur Dinas Rahasia,” ucap Cheatle dalam wawancara itu.

Meski mengaku lembaganya gagal mengemban tugas utama-melindungi pejabat tinggi negara-Cheatle menuturkan Ia berencana tetap mempertahankan jabatannya.

Cheatle memaparkan penembakan yang dilakukan pegawai panti jompo di Pennsylvania berusia 20 tahun itu “tidak dapat diterima.”

“Ini Merupakan peristiwa yang tidak seharusnya terjadi,” paparnya seperti dikutip CNN.

Ketika ditanya apa reaksi awalnya terhadap upaya pembunuhan Trump, Cheatle berkata: “terkejut dan kemudian kekhawatiran, Pernah Tidak mungkin tidak saja, bagi mantan Pemimpin Negara tersebut.”

Cheatle menegaskan Ia dan lembaganya Berniat kooperatif dan berpartisipasi penuh dalam penyelidikan independen terkait penembakan Trump ini.

Penyelidikan independen itu diperintahkan langsung oleh Pemimpin Negara Joe Biden.

Cheatle menjabat sebagai bos Secret Service sejak 2022.

Ia memastikan kejadian ini tidak Berniat terjadi lagi dan menjamin keamanan penuh dalam Konvensi Nasional Partai Republik pekan ini.

“Dinas Rahasia mempunyai tanggung jawab besar untuk melindungi para pemimpin demokrasi kita Pada Saat ini Bahkan dan mantan pemimpin,” kata Cheatle.

“Ini Merupakan tanggung jawab yang saya anggap sangat serius, dan saya berkomitmen untuk memenuhi misi tersebut.”

Secret Service terus dihujani kritik menyusul kegagalan mencegah penembakan Trump terjadi.

Sebab, pelaku berhasil lolos dari pengawasan Secret Service dan polisi setempat dengan membawa senapan semi-otomatis AR-style 556 ke Tempat kampanye.

Pelaku bahkan bisa memanjat ke atap gedung yang hanya berjarak 150 kurang dari podium tempat Trump berkampanye dan melancarkan aksinya. Padahal, detail penyelidikan mengungkap bahwa Sebanyaknya regu penembak jitu Bahkan berada di lantai dua gedung tersebut.

Banyak pihak menilai penembakan Trump merupakan kegagalan Secret Service terbesar sejak upaya pembunuhan Pemimpin Negara Ronald Regan pada 1981 lalu.

Kongres AS terutama dari fraksi Partai Republik bakal menyelidiki bagaimana Crooks tampaknya bisa luput dari pengawasan Secret Service.

“Manakala ada atap yang berada dalam jangkauan tembak seorang Pemimpin Negara atau kandidat Pemimpin Negara, maka Dinas Rahasia lah yang Wajib berada di atap tersebut,” kata Richard Painter, pejabat Gedung Putih di bawah pemerintahan George W Bush dan Pada Saat ini Bahkan menjadi profesor hukum di Universitas Amerika, Minnesota.

Menyebutnya sebagai “kegagalan keamanan yang mengerikan”, Painter menambahkan: “Penembak berada di luar perimeter Dinas Rahasia. Perimeter macam apa itu? Kita tahu bahwa orang gila mana pun dapat dengan mudah membeli senapan berkekuatan tinggi di Amerika Serikat. Perimeternya Wajib sejauh mata memandang.”

(rds/bac)


Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA

Exit mobile version