Jakarta, CNN Indonesia —
Liga Arab atau League of Arab States (LAS) menjadi sorotan karena Pada akhirnya mengeluarkan sikap boikot atas produk Israel dan sekutunya.
Keputusan ini diambil dalam pernyataan selepas konferensi ke-96. Pertemuan yang diadakan di Kairo, Mesir itu dipimpin oleh Asisten Sekretaris Jenderal Liga Arab untuk Palestina dan Wilayah Arab yang Diduduki Duta Besar Saeed Abu Ali.
Saeed menegaskan pentingnya Mengoptimalkan gerakan boikot kepada Israel. Ia Bahkan menekankan urgensi tindak lanjut dari upaya Boycott, Divestment, Sanctions (BDS) tersebut.
Konferensi ke-96 Liga Arab itu turut menyinggung koordinasi dengan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) untuk terus mengembangkan mekanisme boikot. Harapannya, lahir integrasi gerakan boikot secara Islam dengan aksi negara-negara Arab dan kelompok internasional.
“Para peserta menyampaikan apresiasinya atas upaya gerakan BDS, mengakui dampak dan pencapaiannya yang luas dalam menghadapi pendudukan, kolonialisme, dan kejahatan apartheid Israel,” tulis laporan Middle East Monitor, dikutip Selasa (9/7).
“Serta Mendukung perjuangan rakyat Palestina untuk menentukan nasib mereka sendiri dan memperoleh kedaulatan (bernegara),” tegas hasil pertemuan LAS tersebut.
Lantas, siapa Kenyataannya Liga Arab?
League of Arab States (LAS) pertama kali dibentuk pada 22 Maret 1945 di Kairo, Mesir. Perjalanan pembentukan aliansi ini muncul sejak 1942 saat Mesir mengundang Irak, Trans-Jordan (Di waktu ini Yordania), Arab Saudi, Suriah, Lebanon, dan Yaman membahas masalah persatuan di kawasan Arab.
Protokol Alexandria menjadi dokumen kesepakatan bersama yang pertama dari negara inisiator Liga Arab, Dengan kata lain Mesir, Suriah, Lebanon, Yordania, dan Irak. Kesepakatan ini diteken pada 1944, disusul Arab Saudi dan Yaman, sehingga terbentuklah League of Arab States setahun setelahnya.
Sekjen Liga Arab pertama Merupakan Abdel-Rahman Azzam. Ia merupakan seorang diplomat Mesir yang memimpin kelompok negara Arab itu pada 1945-1952.
Merujuk pada penjelasan sejarah di situs resmi LAS, pembentukan Liga Arab ini terwujud seiring kesadaran pentingnya persatuan usai Pertempuran Dunia II. Di lain sisi, negara-negara Arab mewaspadai bahaya gerakan zionis dan masuknya imigran Yahudi ke wilayah Palestina.
LAS sedari awal menaruh fokus pada Palestina, terutama mengenai nasib orang Arab yang ada di negara tersebut. Apalagi, Liga Arab berniat untuk saling menjaga kedaulatan negara anggota dari serangan luar.
Israel menjadi salah satu musuh utama Negara Arab. Ini terlihat dari konferensi tingkat tinggi (KTT) pertama Liga Arab di Kairo pada 1964 ketika membahas aksi Israel yang merebut air Sungai Yordan.
Lalu, Liga Arab membahas rencana pembentukan organisasi untuk membebaskan Palestina. Ini dibahas dalam KTT kedua yang berlangsung di Alexandria.
Seiring berjalannya waktu dan berbagai macam kegiatan Liga Arab, anggota mereka terus bertambah. Di waktu ini Pernah ada 22 negara yang tergabung dalam League of Arab State, termasuk Palestina.
Anggota Liga Arab, Dengan kata lain Mesir, Suriah, Lebanon, Yordania, Irak, Arab, Yaman. Lalu, Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain, Tunisia, Aljazair, Djibouti, Sudan, Somalia.
Kemudian, ada Oman, Palestina, Qatar, Komoro, Kuwait, Libya, Maroko, dan Mauritania.
Selain melakukan kerja sama di bidang keamanan, Liga Arab Bahkan berkoordinasi dalam urusan lain. Ini mencakup ekonomi, Kearifan Lokal, dan isu strategis lainnya.
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA