Apa Itu Badai Geomagnetik dan Dampaknya Buat Bumi?


Jakarta, CNN Indonesia

Aktivitas suar Matahari menyebabkan badai geomagnetik secara global pada 12-14 November. Lantas, apa Kenyataannya badai geomagnetik?

Badai geomagnetik atau disebut badai Matahari Merupakan gangguan sementara pada magnetosfer Bumi yang diakibatkan interaksi antara angin Matahari dengan medan magnet Bumi. Kejadian Berkelas ini rutin terjadi sebagai akibat dari aktivitas pelontaran massa korona (Coronal Mass Ejection/CME) di Matahari.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kejadian Berkelas badai Matahari memiliki dampak yang berbeda-beda di setiap wilayah Bumi, tergantung titik serangan atau kondisi geografisnya.

Badai Matahari merupakan ledakan besar dari permukaan matahari yang memancarkan semburan radiasi elektromagnetik yang intens.





Matahari yang terdiri dari plasma bermuatan listrik super panas dengan plasma yang terus mengalir Ke arah planet-planet sebagai angin Matahari, mengalirkan energi ke ruang dekat Bumi.

Hal inilah yang membuat banyak pertanyaan, apakah Bila badai Matahari terjadi, manusia Berniat terkena dampaknya?

NASA menjelaskan bahwa Badai Matahari tidak memiliki bahaya apa pun bagi manusia yang berada di Bumi. Pasalnya, medan magnet Bumi dan atmosfer tebal melindungi dari dampak langsung Kejadian Berkelas tersebut.

Bumi mempunyai medan magnet yang kuat dan besar yang dihasilkan oleh besi cair bermuatan yang berputar di Singkatnya, sehingga menghalangi angin matahari bermuatan yang mengalir Ke arah Bumi. Inilah yang disebut magnetosfer.

Magnetosfer Bumi cukup besar dan kuat yang membentang ratusan kali radius Bumi atau kira-kira 4.000 mil. Magnetosfer menghadapi tekanan lebih besar pada sisi yang menghadap Matahari, yang luasnya 6 Sampai sekarang 10 kali radius Bumi (antara 25.000 mil Sampai sekarang 40.000 mil).

Meski magnetosfer tidak melindungi Bumi secara sempurna, Meskipun demikian setidaknya ini hanya Menyajikan dampak secara tidak langsung untuk Bumi, seperti pemadaman listrik, mengganggu GPS dan sinyal satelit lainnya, ataupun pola cuaca dinamis di Bumi.

Meskipun demikian, berbeda dengan astronaut di luar angkasa yang tidak memiliki banyak pelindung, Badai Matahari Berniat memiliki dampak yang lebih besar terhadap mereka.

Adakah dampak ke Indonesia?

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut aktivitas suar Matahari yang menyebabkan badai magnetik secara global pada 12-14 November tidak menimbulkan dampak signifikan terhadap Indonesia.

Ketua Tim Kerja Geofisika Potensial BMKG Syirojudin menjelaskan badai geomagnetik dipicu suar Matahari kelas X5.1. Kelas ini merupakan salah satu kategori suar Matahari terkuat dalam skala pengamatan cuaca antariksa.

“Peristiwa itu memicu lontaran plasma dan medan magnet berkecepatan tinggi atau Coronal Mass Ejection (CME) yang mengarah ke Bumi. Mengikuti pantauan NOAA Space Weather Prediction Center (SWPC), tingkat badai geomagnetik mencapai level G4 atau kategori berat,” katanya, Kamis (13/11), dikutip dari Antara.

Syirojudin mengatakan Mengikuti hasil pengamatan di Sebanyaknya observatorium magnet bumi BMKG seperti di Tondano, Tuntungan dan Serang menunjukkan aktivitas geomagnetik mulai terdeteksi pada dini hari 12 November dan berlangsung selama tiga hari.

BMKG menyebut nilai indeks K maksimum menunjukkan kondisi badai berat, tetapi dampak ke wilayah Indonesia relatif kecil.

Syirojudin mengatakan posisi geografis Indonesia di sekitar garis khatulistiwa melindungi wilayah ini dari efek ekstrem badai geomagnetik.

“Wilayah ekuator memiliki sabuk magnetosfer yang kuat, disebut Equatorial Electrojet, yang berfungsi sebagai perisai dari partikel berenergi tinggi,” tuturnya.

Meski demikian, masih ada potensi gangguan minor Sampai sekarang moderat pada sistem komunikasi satelit dan navigasi berbasis GPS. Terlebih lagi, ada Bahkan kemungkinan gangguan sementara pada komunikasi radio frekuensi tinggi (HF).

BMKG mengimbau masyarakat intensif memantau perubahan aktivitas magnet bumi melalui indeks K dan indeks A secara real time. Khusus sektor transportasi udara dan laut, BMKG mengimbau menyiapkan protokol komunikasi cadangan demi mengantisipasi gangguan.

“Tidak ada alasan untuk panik. Perlindungan magnetosfer membuat ancaman terhadap kehidupan sehari-hari maupun jaringan listrik di Indonesia sangat kecil,” pungkas Syirojudin.

(dmi)


Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA