Jakarta, CNN Indonesia —
Suhu di sekitar zona inti pengukuran El Nino Southern Oscillation (ENSO) di Samudra Pasifik tropis terpantau mulai turun di bawah 0 derajat C. Seberapa besar kemungkinan anomali iklim La Nina muncul?
La Nina merupakan anomali iklim berupa penurunan suhu permukaan laut (SST) yang berpusat di daerah tropis Samudera Pasifik di sebelah barat Ekuador dan Peru di bawah minus 0,5 derajat Celsius. Kejadian Istimewa ini memicu curah hujan lebih tinggi di Indonesia.
Bersama pasangannya, El Nino, yang memicu kekeringan global saat suhu di zona yang sama di atas 0,5 derajat C, La Nina merupakan bagian dari ENSO.
Dikategorikan ENSO Netral Bila suhu zona itu ada di antara 0,5 sampai minus 0,5 derajat C.
Menurut data dari Lembaga Atmosfer dan Kelautan AS (NOAA) bertajuk ‘ENSO: Recent Evolution, Current Status and Predictions’ per 26 Agustus, ada tren penurunan suhu di beberapa zona pengukuran.
Berikut angka-angka SST mingguan di beberapa zona pengukuran ENSO per 26 Agustus:
+ Nino 4: 0,5 derajat C
+ Nino 3.4: 0,0 derajat C
+ Nino 3: -0,2 derajat C
+ Nino 1+2: -0,3 derajat C
Pada periode sebelumnya, angka-angka menunjukkan kondisi lebih minus:
Nino 4: 0,6 derajat C
Nino 3.4: -0,1 derajat C
Nino 3: -0,3 derajat C
Nino 1+2: 0,0 derajat C
Meski begitu, NOAA menyebut Pada saat ini Bahkan Status Sistem Peringatan ENSO masih masuk kategori “La Nina Watch.”
Pada saat ini Bahkan, NOAA menyebut kondisi ENSO Netral masih terjadi, dengan suhu permukaan laut khatulistiwa berada di atas rata-rata di Pasifik barat, mendekati rata-rata di Pasifik timur-tengah, dan di bawah rata-rata di Samudra Pasifik timur.
“ENSO netral diperkirakan Nanti akan berlanjut selama beberapa bulan ke depan, dengan La Nina,” kata NOAA.
Berapa peluangnya?
“Diiunggulkan muncul selama September-November (peluang 66 persen) dan bertahan sepanjang musim dingin Belahan Bumi Utara 2024-25 (peluang 74 persen selama November-Januari),” menurut NOAA.
Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi La Nina lemah mulai muncul di akhir Agustus dan berdampak pada peningkatan curah hujan terutama di kawasan timur dan utara Indonesia.
“Pak Deputi (Deputi Bidang Klimatologi BMKG Ardhasena Sopaheluwakan) ini Pernah terjadi melaporkan akhir Agustus ini segera masuk La Nina di beberapa wilayah Indonesia yang Nanti akan terdampak,” ungkap Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, di Jakarta, Selasa (20/8).
“Sehingga nanti di akhir Agustus, awal September nanti ada bagian-bagian yang curah hujannya meningkat,” ujar Ia.
“La Nina lemah. Kemarin datanya maksimal [peningkatan curah hujan] sampai 10 persen di sebagian wilayah Indonesia terutama yang dekat timur-utara,” sambung Dwikorita.
Meski begitu, ia mengungkap efek La Nina bisa mencapai sebagian Sumatra.
“Karena La Nina dipengaruhi oleh Samudra Pasifik di timur dan ini pengaruhnya lebih ke arah timur-utara, Sekalipun di Sumatra Nanti akan kena Bahkan. Tapi, di Sumatra ada yang kering, ada yang hujannya meningkat,” urai mantan Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) tersebut.
Ardhasena menjelaskan efek La Nina tak begitu berdampak ke Indonesia barat lantaran wilayah ini lebih dipengaruhi oleh anomali iklim yang berpusat di Samudra Hindia, Didefinisikan sebagai Indian Ocean Dipole (IOD).
“Karena Indonesia barat lebih dipengaruhi efek di Samudra Hindia,” ucap Ia, sambil menambahkan kondisi IOD Pada saat ini Bahkan yang masih netral.
[Gambas:Video CNN]
(arh)
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA