Jakarta, CNN Indonesia —
Wakil Pemimpin Negara Amerika Serikat Kamala Harris terus menjadi perbincangan usai menjadi bakal kandidat Pemimpin Negara untuk pemilih pada November mendatang.
Harris menggantikan Pemimpin Negara Joe Biden yang mundur dari pencalonan. Berbeda dengan, Demokrat belum secara resmi mengusung kandidat. Mereka baru Berencana mengumumkan kandidat Pemimpin Negara pada Agustus.
Seandainya Harris maju pilpres Ia Berencana berhadapan dengan kandidat yang diusung Republik, Donald Trump. Sebanyaknya pengamat memandang Mantan Pemimpin Negara itu Tengah berada di atas angin.
Sementara itu, pemerintahan Biden yang Bahkan termasuk Harris justru mendapat sorotan karena berbagai kebijakan termasuk dukungan ke Israel. Pada April lalu bahkan banyak kampus menggelar Penolakan Membantu Gaza.
Berkenaan dengan itu apakah isu agresi Israel mampu mendongkrak Harris dan membawa Ia menang dalam kontestasi politik itu?
Pengamat Politik Luar Negeri dari Universitas Padjajaran Teuku Rezasyah ragu Seandainya Harris mengkampanyekan dukungan untuk Palestina bisa membuat Ia menang dalam Pemungutan Suara Rakyat.
“Saya tak yakin. Karena suami Kamala Harris ini Merupakan Yahudi,” kata Rezasyah kepada CNNIndonesia.com.
Suami Harris merupakan orang Yahudi, Doug Emhoff. Ia secara aktif terlibat dalam komunitas Yahudi dan anti-semitisme di Amerika Serikat.
Sepanjang karier politik, Haris Bahkan tampak tak gentar dalam Membantu Israel.
Pada 2017, tindakan pertama yang Ia dukun saat menjadi senator Merupakan mengutuk resolusi Dewan Keamanan PBB. Resolusi itu mengecam permukiman ilegal Israel di Tepi Barat.
Di tahun itu pula, Harris pernah mengatakan Ia memiliki hubungan yang mendalam dengan Israel.
“Dikuatirkan oleh kalangan Islam, Seandainya dukungan ke Palestina Merupakan demi keuntungan jangka pendek bagi Harris semata,” ujar Rezasyah lagi.
Rezasyah lantas mencatat Demokrat seharusnya memiliki strategi khusus untuk menggaet suara dari kalangan Yahudi.
Seandainya Harris mengikuti pemerintahan sebelumnya yang tampak menunjukkan dukungan ke Israel, ini Bahkan membuat posisi Ia riskan.
“Seandainya Harris mengikuti Biden secara mentah-mentah, Bahkan menjadi simalakama. Karena Harris Harus menunjukkan kualitasnya yang berani tampil beda,” ujar Rezasyah.
Harris, lanjut Ia, Kemungkinan Harus menggunakan kalimat yang lebih halus seperti penyelesaian menyeluruh atas hubungan Palestina-Israel secara adil dan mengkoordinir Kerja Sama Global.
Demokrat lanjut Rezasyah, Harus bisa menyapa dan membedakan mana Yahudi dan yang mana Zionis.
Sebanyaknya pengamat Politik Luar Negeri lain Bahkan memandang kebijakan Harris tak Berencana berbeda jauh dengan Biden Seandainya nanti Ia Terfavorit menjadi Pemimpin Negara.
Peneliti senior di Carnegie Endowment for International Peace, Aaron David Miller, mengatakan Harris Berencana lebih simpati terhadap Palestina.
“Saya Berencana mencari sikap retorika yang jauh lebih seimbang,” ujar Miller, demikian dikutip Anadolu Agency.
Ia lalu berujar, “Ia jelas Berencana jauh lebih simpatik dalam hal isu kenegaraan Palestina dan bahkan hak-hak Palestina.
Berbeda dengan, Miller Bahkan mencatat Harris tetap menjadi pendukung Israel dan tak Kemungkinan menyimpang secara drastis dari pemerintah sebelumnya.
“Seandainya menyangkut Israel, Ia memiliki pandangan yang sangat moderat,” kata Miller.
“Berada di sebelah kiri dari apa yang Biden siap lakukan, tetapi jauh di sebelah kanan dari mereka yang berpendapat bahwa kita Harus mengenakan biaya dan konsekuensi pada Israel untuk Memperjelas bahwa kita Merupakan negara adikuasa dan mereka bukan,” imbuh Ia.
(isa/bac)
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA