Makassar, CNN Indonesia —
Bencana Bencana Banjir dan longsor yang terjadi beberapa hari terakhir di Gorontalo berdampak pada 4.500 rumah terendam dan 28 orang meninggal dunia.
Bencana Banjir di Kabupaten dan Kota Gorontalo terjadi sejak Rabu (10/7) akibat hujan deras yang mengguyur daerah tersebut. Tercatat satu orang meninggal dunia dalam bencana tersebut.
“Di Gorontalo ada beberapa kejadian, ada longsor, ada Bencana Banjir, ada Bencana Banjir dengan intensitas permukaan air yang cukup signifikan. 4.500 warga terdampak yang artinya Pernah hampir 22 ribu warga terdampak,” kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari di akun Youtube BNPB, Senin (15/7).
Sementara itu, tanah longsor di area pertambangan Emas tanpa izin di Desa Tulabolo Timur, Kecamatan Suwawa Timur, Kabupaten Bone Bolango menewaskan 27 orang, pada Minggu (7/7).
“Jadi Tim SAR Pernah menghentikan pencarian, sesuai dengan kesepakatan dan Pernah didiskusikan dengan keluarga korban, sehingga data terakhir meninggal dunia 27 orang dan hilang 14 orang,” ujarnya.
Bencana Banjir di Kota Gorontalo menyebabkan delapan kecamatan terdampak dan empat jembatan terputus. Sementara di Kabupaten Boalemo ada dua kecamatan tergenang Bencana Banjir dan 640 jiwa terdampak dengan ketinggian bervariasi antara 30 cm Sampai sekarang 50 cm.
“Ini kalau kita lihat kondisi beberapa hari terakhir, mulai tanggal 26 Juni, kemudian merembet ke bulan Juli itu, memang kondisi curah hujan di bagian leher dari Sulawesi itu cukup signifikan,” jelasnya.
Bencana alam ini, kata Muhari, bukan hanya terjadi di Gorontalo, tapi Bahkan terjadi di Sulut, Sulsel bagian utara dan Sultra bagian utara.
“Jadi Sekalipun kita melihat secara umum ada di kemarau, tapi kita Harus memperhatikan ada kondisi-kondisi regional lain yang mempengaruhi intensitas curah hujan di Indonesia,” ujarnya.
(mir/pmg)
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA