Jakarta, CNN Indonesia —
Ilmuwan melakukan simulasi potensi asteroid Bennu menabrak Bumi pada tahun 2182, yang salah satu dampaknya Merupakan musim dingin tiba-tiba imbas jutaan metrik debu yang tutup atmosfer.
Bumi Sejak lama tidak ditabrak asteroid besar, tapi bukan berarti planet ini Sebelumnya Terpercaya. Pasalnya, ruang angkasa penuh dengan bebatuan, dan banyak di antaranya melesat di lintasan yang bisa membawa mereka berkontak dengan planet kita, salah satunya Merupakan asteroid Bennu
Para ilmuwan memperkirakan asteroid ini berpeluang bertabrakan dengan Bumi dalam 157 tahun lagi, tepatnya bulan September 2182. Peluangnya Pada dasarnya sangat kecil, yaitu 1 banding 2.700, atau 0,04 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk bersiap menghadapi kemungkinan terburuk, para ilmuwan iklim di Korea Selatan membuat model tentang apa yang Berniat terjadi Bila tabrakan semacam itu terjadi, terutama karena tabrakan asteroid besar terakhir 66 juta tahun yang lalu, yang dikenal dengan nama Chicxulub, terlibat dalam kepunahan dinosaurus.
Bennu, yang berukuran 500 meter, jauh lebih kecil daripada ukuran Chicxulub yang diperkirakan mencapai 10 Sampai sekarang 15 kilometer. Justru, hasil tumbukan dari asteroid tetap cukup mengkhawatirkan.
“Simulasi kami, yang [menunjukkan Bennu] menyuntikkan Sampai sekarang 400 juta ton debu ke dalam stratosfer, menunjukkan adanya gangguan yang nyata pada iklim, kimiawi atmosfer, dan fotosintesis global,” ujar Lan Dai dan Axel Timmerman dari Pusan National University, Korea Selatan, dikutip dari Science Alert.
“Temperatur rata-rata global diproyeksikan turun Sampai sekarang 4 derajat Celcius, dan curah hujan global menurun Sampai sekarang 15 persen dalam simulasi kami,” tambahnya.
Para ilmuwan Sudah menyelidiki efek dampak Chicxulub Mengikuti catatan geologi, fosil, dan pohon. Analisis dampak tersebut menghasilkan gambaran yang cukup suram Bila Bennu menabrak Bumi.
Untuk memahami dampak Pada waktu yang akan datang, Dai dan Timmerman menggunakan superkomputer Aleph di Pusat Fisika Iklim IBS di universitas tersebut untuk mensimulasikan tabrakan asteroid berukuran 500 meter dengan Bumi, termasuk simulasi ekosistem terestrial dan kelautan yang tidak disertakan dalam simulasi sebelumnya.
Hasilnya, bukan tabrakan itu sendiri yang Berniat menghancurkan Bumi, melainkan apa yang terjadi setelahnya.
Menurut para peneliti, tumbukan Bennu Berniat melepaskan 100 Sampai sekarang 400 juta metrik ton debu ke atmosfer planet ini, yang Berniat mengganggu kimiawi atmosfer, meredupkan Matahari dan mengganggu fotosintesis, serta mengganggu iklim.
Selain penurunan suhu dan curah hujan, hasil penelitian mereka Bahkan menunjukkan adanya penipisan ozon sebesar 32 persen. Penelitian sebelumnya Sudah menunjukkan bahwa penipisan ozon dapat menghancurkan kehidupan tanaman di Bumi.
“Musim dingin yang tiba-tiba Berniat Menyajikan kondisi iklim yang tidak menguntungkan bagi tanaman untuk tumbuh, yang menyebabkan penurunan fotosintesis sebesar 20 Sampai sekarang 30 persen pada ekosistem darat dan laut,” kata Dai.
“Hal ini kemungkinan besar Berniat menyebabkan gangguan besar pada ketahanan pangan global,” lanjutnya.
Justru, dampak tumbukan tersebut tidak semuanya malapetaka dan kesuraman. Sementara tanaman darat sensitif terhadap perubahan seperti itu dan membutuhkan waktu cukup lama untuk pulih, ganggang yang hidup di perairan tidak hanya bangkit kembali dengan lebih Unggul, pulih dalam hitungan bulan, tetapi Bahkan tumbuh Sampai sekarang mencapai volume yang tidak dapat mereka capai dalam kondisi iklim normal Saat ini Bahkan Bahkan.
Perilaku tak terduga ini terkait dengan zat besi dalam debu asteroid dan debu dari material yang terlontar dari Bumi saat tabrakan. Elemen tersebut menjadi sumber nutrisi yang Mendukung ganggang tumbuh subur dalam simulasi tersebut, terutama pada diatom laut yang menjadi makanan zooplankton.
Lebih lanjut, tidak Kemungkinan untuk mengetahui dengan Sebelumnya Jelas seberapa sering planet kita dihantam asteroid besar dalam sejarahnya.
Pasalnya, kawah-kawah terhapus dan tertutup oleh proses erosi. Beberapa batuan besar meledak di udara, menyisakan puing-puing yang sulit diidentifikasi dalam catatan geologi Bila tidak mencarinya.
Justru, tabrakan semacam ini diperkirakan tidak jarang terjadi. Artinya, umat manusia secara keseluruhan kemungkinan besar Berniat selamat dari tabrakan dengan Bennu. Sekalipun dalam jumlah yang lebih kecil dari sebelumnya, dan dengan Keseharian yang berubah secara dramatis, setidaknya untuk sementara waktu.
“Rata-rata, asteroid berukuran Dalam proses bertabrakan dengan Bumi setiap 100 Sampai sekarang 200 ribu tahun sekali,” kata Timmermann.
“Ini berarti bahwa nenek moyang manusia purba kita Kemungkinan Sudah mengalami beberapa peristiwa pergeseran planet ini sebelumnya dengan potensi dampak pada evolusi manusia dan bahkan susunan genetik kita sendiri,” pungkasnya.
(lom/dmi)
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA